Moluccas: Bagian Terakhir

Inilah salah satu sisi yang aku temukan di Indonesia. Kondisi yang jauh dari hiruk pikuk kota, daerah yang dipenuhi banyak misteri di hutan-hutan terdalamnya, daerah yang senantiasa terdengar debur ombak dari lautan dalam, tanah yang menjadi rebutan para penjajah karena kesuburannya.

Ibukota Kabupaten Maluku Tengah adalah kota Masohi, dan aku menyempatkan untuk datang ke kota ini. Dari Awaya harus menempuh perjalanan sekitar satu jam menggunakan mobil diantara kegelapan. Sesekali melewati lampu-lampu yang berasal dari rumah penduduk dan kemudian terlihat kegelapan lagi. Sesampainya di Masohi kami mencari tempat fotokopi karena ada beberapa dokumen yang harus di kopi. Di Awaya tidak terdapat tempat fotokopi dan jikalau ada orang yang membuka jasa fotokopian mungkin bisa dipastikan orang tersebut benar-benar tidak mencari untung. Tempat fotokopi sangat langka di Pulau Seram, dan kalau mau fotokopi orang dari Awaya ya musti ke Masohi. Sembari menunggu hasil fotokopi kami menuju rumah makan untuk makan malam, dan sudah dapat kutebak sajian andalannya itu ikan, ikan, dan ikan.

Esok harinya kami harus meninggalkan Pulau Seram untuk menuju Ambon dikarenakan pekerjaan yang sudah selesai. Di Ambon kami akan menginap sehari kemudian melanjutkan perjalanan menuju Makassar. Meninggalkan Awaya sekitar pukul 2 siang karena di pagi harinya masih ada pekerjaan yang masih harus kami selesaikan.

Karena baru berangkat siang kami tidak bisa menggunakan kapal cepat dan jadilah transportasi kapal feri kembali digunakan untuk menyeberang ke Pulau Ambon. Tapi aku bersyukur menaiki kapal feri karena ketika menyeberang waktu sudah sore hari menjelang maghrib. Tentu saja pemandangan matahari terbenam adalah sajiannya. Jarang-jarang melihat matahari terbenam dari atas kapal feri seperti ini. Keindahan yang luar biasa dari matahari terbenam Maluku ini sudah tidak diragukan lagi. Sayang cuma bisa mengabadikannya lewat kamera handphone.

Matahari terbenam dari atas feri
Matahari terbenam dari atas feri
Papan Nama Pelabuhan Waipirit
Papan Nama Pelabuhan Waipirit
Suasana di Atas Feri
Suasana di Atas Feri

Setiba di Ambon kami langsung menuju hotel untuk bermalam. Kami sempatkan untuk berjalan-jalan keliling kota Ambon sekedar mencari cenderamata. Yang sangat terkenal dari Maluku katanya adalah minyak kayu putihnya. Minyak kayu putih asal Pulau Buru jauh lebih berkhasiat dibanding dengan minyak kayu putih biasa yang dijual di pasaran. Selain itu banyak pula ditemukan pernak-pernik lain seperti kerajinan besi putih, mutiara, ukiran kayu, dan lain-lain.

Di Ambon kebetulan ada seorang teman SMA ku yang sedang menjalankan tugas sebagai abdi negara, Donayasa namanya. Dia kebetulan mendapatkan penugasan di Ambon dan sudah lumayan lama di sana. Aku mencoba menghubunginya untuk bertemu namun dia baru ada waktu sekitar jam 12 tengah malam. Dia menemuiku di hotel lewat tengah malam, sebuah kejutan karena sudah lama kami tidak bertemu. Terakhir bertemu kira-kira ketika kelulusan SMA.

Di Lapangan Merdeka
Di Lapangan Merdeka
Sudut Kota
Sudut Kota

 

Bandara Pattimura
Bandara Pattimura

Aku diajaknya keliling kota Ambon menikmati suasana malam yang sepi. Namun di beberapa tempat karaoke masih terlihat keramaian orang-orang. Kami menuju Lapangan Merdeka yang berada di tengah kota. Melihat tulisan Ambon Manise di tengah lapangan dan mengunjungi Gong Perdamaian Dunia. Ketika akan mengunjungi Gong Perdamaian pintu pagar sudah ditutup karena waktu sudah malam, tapi karena pagarnya tidak begitu tinggi jadilah kami melompatinya dan dapat berfoto di depan gong.

Kami kemudian ngopi di sebuah tempat yang namanya Pantai Losari. Aku sempat bingung karena Pantai Losari terdapat di Makassar tapi ternyata di Ambon juga ada tempat yang namanya Pantai Losari. Kota Ambon sangat indah dan dikelilingi perbukitan. Kita bisa melihat lampu-lampu berkelip dari rumah-rumah penduduk yang ada di atas bukit dan juga pasti sangat indah kalau melihat lampu-lampu kota. Setelah kopi habis aku mengajak Dona untuk menuju ke atas bukit, melihat lampu-lampu kota.

Kota Ambon malam hari dilihat dari atas sangat menakjubkan. Lampu-lampu di bawah seperti refleksi bintang yang sangat dekat dengan kita. Mungkin kalau pas tahun baru ataupun perayaan-perayaan lainnya yang menampilkan pertunjukan kembang api pasti akan terlihat sangat indah dari sini.

Kami berada di sana sampai pukul 4.30 WIT dan kemudian aku memutuskan untuk kembali ke hotel karena Dona juga harus kembali ke pekerjaanya. Jadilah kami meninggalkan bukit entah apa namanya saat adzan subuh berkumandang. Lumayanlah pengalaman begadang di kota Ambon kali ini. Kami pun mengakhiri pertemuan kali ini di hotel.

Kegiatanku bersama tim di hari itu adalah berkeliling Kota Ambon sekalian mencari oleh-oleh lagi kemudian langsung menuju Bandara Pattimura untuk kembali ke Makassar. Inilah hari terakhir aku berada di Provinsi Maluku dan tentu saja banyak kenangan dan pelajaran yang aku bawa dari sini. Terima kasih Moluccas.