Injakkan Kakimu di Sumatera: Palembang

Kereta api Sriwijaya membawaku menuju Palembang dengan para penumpang lain yang belum pernah aku kenal. Malam itu aku duduk berdampingan dengan seorang ibu-ibu tua. Seperti halnya yang biasa aku temui pada kereta yang ada di Pulau Jawa, ternyata para penumpang disini juga lebih memilih tidur selonjoran di lantai. Banyak penumpang yang melakukannya, dan akupun mencoba hal yang sama. Satu hal buatku yang membuat perjalanan kereta ini istimewa adalah seringnya berpapasan dengan kereta pengangkut batubara yang panjangnya super super panjang.

img_20150403_203540
Stasiun Tanjung Karang, Lampung
c360_2015-04-04-09-40-00-515
Kereta Sriwijaya
c360_2015-04-04-08-38-46-428
Suasana di dalam kereta api

Keesokan harinya aku telah tiba di Palembang, stasiun Kertapati tepatnya. aku langsung bertanya ke salah satu petugas di sana bagaimana cara untuk menuju tujuan pertamaku,  Jembatan Ampera. Aku diberi tahu kalau ada bus kota semacam Metro Mini yang melewati Jembatan Ampera, bisa ditemui di depan stasiun persis. Langsung saja aku mencari bus itu yang ternyata mudah untuk ditemui. Tidak begitu lama menunggu, bus yang aku naiki berangkat. Aku tidak tahu berapa lama untuk menuju Jembatan Ampera, hingga akhirnya dari jauh pucuk merah Jembatan Ampera terlihat dari jauh. Akupun bersiap untuk turun.

Banyak tempat menarik yang bisa dikunjungi di area Jembatan Ampera, misalnya Masjid Agung Palembang, Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera), Pasar 16 Ilir, Benteng Kuto Besak, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, dan lain-lain. Hal pertama yang aku lakukan adalah menyusuri sepanjang Jembatan Ampera. Suasana ramai kendaraan yang macet mengingatkanku dengan Jakarta. Dari sisi Jembatan Ampera kita bisa melihat gagahnya Sungai Musi yang membelah Palembang. Terbayang bagaimana sistem masyarakat kerajaan Sriwijaya dulu bekerja dengan urat nadi Sungai Musi ini.

c360_2015-04-04-10-35-32-360
Jembatan Ampera dari Pasar 16 Ilir

Setelah capek menyusuri Sungai Musi, aku memutuskan makan makanan khas di sini. Kata orang yang aku tanya, sentra makanan khas Palembang ada di Pasar 26. Aku memilih untuk berjalan kaki saja menuju ke sana meskipun kata orang letaknya lumayan jauh. Sepanjang perjalanan aku melewati kantor-kantor pemerintahan Kota Palembang yang masih memakai gedung-gedung tua dengan arsitektur kolonial. Di Pasar 26 ternyata banyak sekali pedagang yang menjual berbagai macam makanan, seperti empek-empek, Mie Celor. dll. Aku langsung mencari makanan yang belum pernah aku makan, yaitu Mie Celor. Agak ragu juga untuk mencobanya karena melihat dari penampilannya yang kuahnya sangat kental. Tapi setelah dicoba ternyata rasanya sangat enak.

Setelah kenyang makan Mie Celor aku bersiap menuju destinasi selanjutnya yaitu Museum Sultan Mahmud Badaruddin II. Di sana kita bisa melihat sejarah Palembang dari zaman Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Palembang, hingga saat ini. Banyak benda-benda bersejarah yang menarik untuk dilihat dan dipelajari di museum ini.

Selesai dari Museum Sultan Mahmud Badaruddin II aku melanjutkan perjalanan ke Benteng Kuto Besak. Jaraknya sangat dekat dengan Museum. Tapi sayangnya aku tidak bisa masuk ke dalam benteng karena ternyata Benteng Kuto Besak digunakan sebagai markas militer. Jadinya aku hanya bisa melihat dan berfoto di luar benteng.

img_20150404_114745
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II

Tidak lengkap berkunjung ke sebuah kota tanpa berkunjung ke Pasarnya, jadi aku sempatkan untuk berkunjung ke Pasar 26 Ilir sekedar melihat hiruk pikuk masyarakat kota Palembang. Di pasar ini dijual berbagai macam barang, dari makanan hingga pakaian. Aku juga membeli oleh-oleh dan cinderamata di pasar ini.

c360_2015-04-04-14-47-04-419
Suasana pasar di bawah jembatan Ampera
c360_2015-04-04-10-30-15-527
Sudut Pasar 16 Ilir

Hingga maghrib menjelang aku berkeliling kota Palembang, dan akupun memutuskan untuk sholat maghrib terlebih dahulu di Masjid Agung Palembang yang berasitektur Indonesia, China, dan Eropa. Setelah sholat maghrib aku sempatkan untuk makan empek-empek di depan Masjid Agung dan membeli martabak Har yang terkenal.

c360_2015-04-04-13-56-09-988
Masjid Agung Palembang
c360_2015-04-04-19-06-41-710
Ampera malam hari

Dari membeli martabak Har, aku langsung mencari angkot untuk menuju stasiun karena aku harus kembali ke Bandar Lampung dengan menumpang Kereta Sriwijaya lagi yang berangkat pukul 21.00. Karena tidak tahu kondisi jalanan palembang, aku memilih untuk lebih awal menuju stasiun, tapi ternyata aku malah terlalu awal tiba. Aku harus menunggu lumayan lama di stasiun. Tapi mending daripada terlambat.Akhirnya tepat pukul 21.00 aku sudah berada di dalam kereta untuk menuju Bandar Lampung. Sampai jumpa lagi Palembang, mungkin lain kali aku akan mengunjungimu kembali.